Jumat, 30 Desember 2016

SYAUQI SENJA RAHARJO

Syauqi   : rinduku
Senja     : hadir dikala senja
Raharjo : tenteram


Rinduku hadir dikala senja dalam ketenteramanya.
Seperti itulah namamu terlafalkan dalam makna, anaku.

Tanpa tatapan.
Tanpa tangisan.
Tanpa dekap gerak.
Hanya sekedar rasa...
Satu anugerah yang diwakilkan rasa.

Sempat inderaku tergelitik oleh detakmu dari sebuah teknologi.
Dan menjadikanya rasa yang menciptakan wujud dalam angan.
Terimakasih untuk perkenalan saat itu.
Mencoba tegar hanya kamuflase yang kuciptakan
untuk menahan airmata yang ingin terurai.
Terimakasih untuk rasa yang sempat dianugerahkan.
Nikotin yang terhisap hanya pelarian sebuah ketakutanku.
Kami berduka untukmu, anaku.

Dalam ketiadaan.
Dalam diam.
Dalam kesunyian.
Masih sempat kau sisipkan kemudahan.
Tepat saat adzan Maghrib tersuarakan,
Kau perlihatkan wujudmu yang terbentuk utuh.
Keindahan terbungkus selaput tipis, gumpalan dan darah.
Kesucian tanpa aksara.
Kemurnian tanpa tangisan.
Dan seperti itulah kuasa-Nya berjalan,
tak terelakan.

Bahagia kami adalah ikhlas untukmu, anaku.


RS Kaliwates Jember
Rabu, 28 Desember 2016

Sabtu, 03 Desember 2016

rindu_KU untuk_MU

Tiba-tiba masuk dengan cepat dan bertahan tanpa melambat.
Ya, teramat sangat saat ini aku merindunya.
Sosok bocah kecil yang mengencangkan rasa...
Semoga ada dering yang tersegerakan

Jumat, 02 Desember 2016

meRINDU AIR

Akhirnya bergumam "PUNYA JALAN SENDIRI".
Resah pada situasi ini.
Muak pada sesuatu bukan sosok kasat mata,
yang berhasil melahirkan totalitas yang selalu menggiring kata "TAPI".
Pernah memang sebuah bisu menciptakan kegundahan.
Namun saat ini justru -ke-tidak-nyaman-an- yang terlafalkan.
Dan lihatlah bagaimana besi harus beradu keras dengan karang.
Memperdengarkan kebisingan yang teramat dalam benturan.
Yang dibutuhkan mungkin diam kembali atau kembali diam.
Yang terindukan hanyalah air.
Sebentar...
apakah justru air adalah ego yang teramat kuat?